Selasa, 15 Desember 2009

bazaar

kata Pak Fuad Muftie, dengan mengikuti bazaar kita bisa belajar dan ternyata benar. Saya beru saja melewati bazaar pertama saya dan ternyata banyak sekali wacana, sharing, dan ilmu yang saya peroleh.Meski secara material rugi bandar...tapi secara immaterial saya merasa fresh dan menemukan kesukaan pada dunia bisnis real...tetap senyum, semangat, terus belajar, serta sabar dan syukur, Insya Allah, Allah SWT selalu memberikan rahmatNYA.Amin.

Sabtu, 12 Desember 2009

Classroom Management Style

Sebagai guru kita tidak terlepas dari kecenderungan kepribadian kita sendiri dalam mengajar. Meski demikian, selayaknya kita memberikan yang terbaik bagi anak didik kita demi terciptanya generasi yang utuh, berkepribadian luhur, dan memiliki jiwa tuk selalu memperbaiki diri. Kita sendiri sebagai orang dewasa merupakan produk dari penerapan pola asuh orang tua kita di masa kanak-kanak sampai dengan remaja. Dengan demikian banyak hal dalam perilaku kehidupan kita merupakan cermin dari pola pengasuhan ayah dan ibu kita. Oleh karenanya penting bagi kita tuk mengenali kelebihan dan kekurangan sebagai akibat dari pola asuh orangtua kita terhadap gaya kita mengajar atau pun memanage kelas.Seyogyanya sebagai guru kita harus dapat bersikap seobjektif dan akomodatif dalam memfasilitasi beragam model anak didik di dalam kelas. Atas dasar tujuan pengenalan keperibadian untuk melihat kecenderungan terhadap gaya mengajar tersebut, saya ingin sedikit berbagi informasi mengenai gaya mengajar yang di pengaruhi oleh pola asuh orangtua kita. Semoga dapat diambil manfaatnya bagi para pendidik...amin.


Yang Manakah Anda…?

Authoritarian

  • Diadaptasi dari tipe pengasuhan Authoritarian

  • Tidak ada diskusi, satu arah hanya dari guru ----anak tidak punya kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

  • Disiplin, ada aturan dan kontrol yang cukup ketat

  • Kadangkala tampak tidak perduli pada kebutuhan anak



Authoritative

  • Diadaptsi dari tipe pengasuhan Authoritative

  • Anak diberi kesempatan berdiskusi, ada tanya jawab, ada kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

  • Ada aturan namun anak tetap didorong untuk mandiri

  • Anak dapat menginterupsi guru di kelas

  • Biasanya banyak memberi tugas yang sifatnya project



Laissez Faire


  • Diadaptasi dari pengasuhan Indulgent

  • Memiliki batasan atau kontrol namun tidak menerapkan secara & inkonsisten --- perasaan anak lebih diutamakan daripada kontrol kelas untuk tujuan akademis

  • Guru sulit membedakan kehidupan pribadi dengan sikap profesional

  • Anak tidak punya kontrol diri dan cenderung tidak berprestasi

  • Anak tidak belajar perilaku sosial yang dapat diterima secara umum


Indifferent

  • Diadaptasi dari pengasuhan Neglectful

  • Tidak terlibat dengan anak

  • Tidak mau menerapkan aturan yang jelas pada anak

  • Persiapan kelas bukan hal yang penting---cenderung menggunakan lesson plan yang sama dari tahun ke tahun

  • Kebutuhan anak tidak terperhatikan, anak merasa terabaikan

  • Jika ada waktu sisa anak dibiarkan melakukan apapun yang mereka suka, tanpa arahan


Temukan gaya orisinal sendiri

Fokus pada tujuan anda sebagai guru

GOOD LUCK

Classroom Management Style

Sebagai guru kita tidak terlepas dari kecenderungan kepribadian kita sendiri dalam mengajar. Meski demikian, selayaknya kita memberikan yang terbaik bagi anak didik kita demi terciptanya generasi yang utuh, berkepribadian luhur, dan memiliki jiwa tuk selalu memperbaiki diri. Kita sendiri sebagai orang dewasa merupakan produk dari penerapan pola asuh orang tua kita di masa kanak-kanak sampai dengan remaja. Dengan demikian banyak hal dalam perilaku kehidupan kita merupakan cermin dari pola pengasuhan ayah dan ibu kita. Oleh karenanya penting bagi kita tuk mengenali kelebihan dan kekurangan sebagai akibat dari pola asuh orangtua kita terhadap gaya kita mengajar atau pun memanage kelas.Seyogyanya sebagai guru kita harus dapat bersikap seobjektif dan akomodatif dalam memfasilitasi beragam model anak didik di dalam kelas. Atas dasar tujuan pengenalan keperibadian untuk melihat kecenderungan terhadap gaya mengajar tersebut, saya ingin sedikit berbagi informasi mengenai gaya mengajar yang di pengaruhi oleh pola asuh orangtua kita. Semoga dapat diambil manfaatnya bagi para pendidik...amin.


Yang Manakah Anda…?

Authoritarian


Diadaptasi dari tipe pengasuhan Authoritarian

n Tidak ada diskusi, satu arah hanya dari guru ----anak tidak punya kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

n Disiplin, ada aturan dan kontrol yang cukup ketat

n Kadangkala tampak tidak perduli pada kebutuhan anak



Authoritative

n Diadaptsi dari tipe pengasuhan Authoritative

n Anak diberi kesempatan berdiskusi, ada tanya jawab, ada kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

n Ada aturan namun anak tetap didorong untuk mandiri

n Anak dapat menginterupsi guru di kelas

n Biasanya banyak memberi tugas yang sifatnya project



Laissez Faire


n Diadaptasi dari pengasuhan Indulgent

n Memiliki batasan atau kontrol namun tidak menerapkan secara & inkonsisten --- perasaan anak lebih diutamakan daripada kontrol kelas untuk tujuan akademis

n Guru sulit membedakan kehidupan pribadi dengan sikap profesional

n Anak tidak punya kontrol diri dan cenderung tidak berprestasi

n Anak tidak belajar perilaku sosial yang dapat diterima secara umum



Indifferent

n Diadaptasi dari pengasuhan Neglectful

n Tidak terlibat dengan anak

n Tidak mau menerapkan aturan yang jelas pada anak

n Persiapan kelas bukan hal yang penting---cenderung menggunakan lesson plan yang sama dari tahun ke tahun

n Kebutuhan anak tidak terperhatikan, anak merasa terabaikan

n Jika ada waktu sisa anak dibiarkan melakukan apapun yang mereka suka, tanpa arahan


Temukan gaya orisinal sendiri

Fokus pada tujuan anda sebagai guru

GOOD LUCK

Teacher: Work Of Heart

Classroom Management Style

Sebagai guru kita tidak terlepas dari kecenderungan kepribadian kita sendiri dalam mengajar. Meski demikian, selayaknya kita memberikan yang terbaik bagi anak didik kita demi terciptanya generasi yang utuh, berkepribadian luhur, dan memiliki jiwa tuk selalu memperbaiki diri. Kita sendiri sebagai orang dewasa merupakan produk dari penerapan pola asuh orang tua kita di masa kanak-kanak sampai dengan remaja. Dengan demikian banyak hal dalam perilaku kehidupan kita merupakan cermin dari pola pengasuhan ayah dan ibu kita. Oleh karenanya penting bagi kita tuk mengenali kelebihan dan kekurangan sebagai akibat dari pola asuh orangtua kita terhadap gaya kita mengajar atau pun memanage kelas.Seyogyanya sebagai guru kita harus dapat bersikap seobjektif dan akomodatif dalam memfasilitasi beragam model anak didik di dalam kelas. Atas dasar tujuan pengenalan keperibadian untuk melihat kecenderungan terhadap gaya mengajar tersebut, saya ingin sedikit berbagi informasi mengenai gaya mengajar yang di pengaruhi oleh pola asuh orangtua kita. Semoga dapat diambil manfaatnya bagi para pendidik...amin.

Yang Manakah Anda…?

Authoritarian


Diadaptasi dari tipe pengasuhan Authoritarian

n Tidak ada diskusi, satu arah hanya dari guru ----anak tidak punya kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

n Disiplin, ada aturan dan kontrol yang cukup ketat

n Kadangkala tampak tidak perduli pada kebutuhan anak

Authoritative

n Diadaptsi dari tipe pengasuhan Authoritative

n Anak diberi kesempatan berdiskusi, ada tanya jawab, ada kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi

n Ada aturan namun anak tetap didorong untuk mandiri

n Anak dapat menginterupsi guru di kelas

n Biasanya banyak memberi tugas yang sifatnya project

L

n Diadaptasi dari pengasuhan Indulgent

n Memiliki batasan atau kontrol namun tidak menerapkan secara & inkonsisten --- perasaan anak lebih diutamakan daripada kontrol kelas untuk tujuan akademis

n Guru sulit membedakan kehidupan pribadi dengan sikap profesional

n Anak tidak punya kontrol diri dan cenderung tidak berprestasi

n Anak tidak belajar perilaku sosial yang dapat diterima secara umum

Indifferent

n Diadaptasi dari pengasuhan Neglectful

n Tidak terlibat dengan anak

n Tidak mau menerapkan aturan yang jelas pada anak

n Persiapan kelas bukan hal yang penting---cenderung menggunakan lesson plan yang sama dari tahun ke tahun

n Kebutuhan anak tidak terperhatikan, anak merasa terabaikan

n Jika ada waktu sisa anak dibiarkan melakukan apapun yang mereka suka, tanpa arahan

Temukan gaya orisinal sendiri

Fokus pada tujuan anda sebagai guru

GOOD LUCK

Jumat, 11 Desember 2009

Save our earth, save our children

Hi Mom, why don't we start to use clothes diapers as diapers for our babies...It's healthier, cleaner, and cheaper (cause we don't have to spent much money to buy diapers all the time and also because we can use it to our next child...if we plan to have more than one child...).But, the critical point of cloth diapers is we save our earth by using reusable and washable diapers, and not using the disposable diapers that cannot be recycled....So, what are you waiting for...Go buy and get your clothes diapers in many stores or agent...By saving our earth we also save our children future...

Kamis, 10 Desember 2009

Classroom Management Style

Halo ibu dan bapak guru...ini adalah sedikit review dan refleksi bagi kita semua tuk lebih meningkatkan kualitas diri sebagai pendidik bagi murid-murid kita tersayang...Semoga bermanfaat

Yang manakah anda...?

Authoritarian
 Diadaptasi dari tipe pengasuhan Authoritarian
 Tidak ada diskusi, satu arah hanya dari guru ----anak tidak punya kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
 Disiplin, ada aturan dan kontrol yang cukup ketat
 Kadangkala tampak tidak perduli pada kebutuhan anak

Authoritative
 Diadaptsi dari tipe pengasuhan Authoritative
 Anak diberi kesempatan berdiskusi, ada tanya jawab, ada kesempatan mengembangkan kemampuan berkomunikasi
 Ada aturan namun anak tetap didorong untuk mandiri
 Anak dapat menginterupsi guru di kelas
 Biasanya banyak memberi tugas yang sifatnya project

Laissez Faire
 Diadaptasi dari pengasuhan Indulgent
 Memiliki batasan atau kontrol namun tidak menerapkan secara & inkonsisten --- perasaan anak lebih diutamakan daripada kontrol kelas untuk tujuan akademis
 Guru sulit membedakan kehidupan pribadi dengan sikap profesional
 Anak tidak punya kontrol diri dan cenderung tidak berprestasi
 Anak tidak belajar perilaku sosial yang dapat diterima secara umum

Indifferent
 Diadaptasi dari pengasuhan Neglectful
 Tidak terlibat dengan anak
 Tidak mau menerapkan aturan yang jelas pada anak
 Persiapan kelas bukan hal yang penting---cenderung menggunakan lesson plan yang sama dari tahun ke tahun
 Kebutuhan anak tidak terperhatikan, anak merasa terabaikan
 Jika ada waktu sisa anak dibiarkan melakukan apapun yang mereka suka, tanpa arahan

Temukan gaya orisinal sendiri
Fokus pada tujuan anda sebagai guru

GOOD LUCK

LIBURAN

“LIBUR TELAH TIBA…HATIKU GEMBIRA”

“Liburan sekolah adalah waktunya refreshing dan menambah wawasan tentang berbagai kebubudayaan yang tidak didapat di sekolah” (Nana, 40 th, ibu rumah tangga)
“Kemauan anak adalah prioritas pertama dalam menentukan tujuan liburan” (Ninik, 39 th, pegawai swasta)
“Pada saat liburan, saya lebih suka mengajak anak dan keluarga untuk pergi ke tempat-tempat yang tenang untuk beristirahat dan berkumpul bersama dibandingkan pergi ke tempat-tempat hiburan” (Ade, 30 th, manager finance)

Orangtua kerap kali harus berpikir ekstra untuk menemukan format liburan yang tepat bagi anak-anak tercinta setelah hampir setahun penuh mereka berkutat dengan pelajaran dan tes-tes yang menuntut anak untuk bekerja keras.
Hakikatnya sebuah acara liburan haruslah merupakan hal yang menyenangkan bagi yang bersangkutan. Oleh karenanya penting bagi anak melakukan kegiatan yang menyenangkan dirinya. Manfaat dari suasana liburan yang menyenangkan tentunya memberikan udara segar, suasana hati yang positif, dan perasaan gembira yang dapat mendukung anak untuk kembali menghadapi tantangan pada hari-hari berikutnya. Untuk itulah orangtua perlu menggali harapan dan impian anak untuk mengisi liburannya. Tentu saja dengan tetap memperhatikan hal dan nilai positif lainnya yang dapat menjadi nilai tambah bagi anak dari aktifitas yang dijalaninya.
Jika diamati dari sudut pandang psikologi perkembangan anak, pada dasarnya anak selalu membutuhkan stimulasi yang positif dalam kesehariannya untuk meningkatkan fungsi-fungsi intellegensinya dalam kehidupan. Oleh karena itu dalam masa liburan semaksimal mungkin orangtua dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk menjalani aktivitas yang mempunyai nilai bermain, berelaksasi, sekaligus juga memiliki nilai tambah lain yang dapat bermanfaat bagi anak. Mengisi waktu liburan dengan mengunjungi mal-mal atau menonton TV di rumah tentu tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk mempunyai aktifitas yang sarat nilai positifnya. Lalu apa yang seharusnya dilakukan orangtua dalam menyusun strategi berlibur untuk anak? Orangtua tidak perlu merasa terbebani dalam menyikapi hal ini.
Jika kita perhatikan belakangan ini marak sekali tumbuh bisnis yang menawarkan program liburan yang cukup menarik bagi anak-anak. Beberapa program liburan menawarkan nilai tambah bagi si anak. Sebut saja program keluar kota untuk melakukan outbound di tampat-tempat yang sudah dirancang khusus untuk kepentingan itu. Dalam program ini banyak sekali hal positif yang dapat dirasakan anak. Yang pertama belajar untuk menjadi pribadi yang mandiri. Bagi mereka yang sebut saja aden karena biasa diladeni ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Meskipun tuntutan untuk mengurus keperluannya secara mandiri pada awalnya dirasa tidak menyenangkan namun semua itu akan sirna tatkala anak menemukan kesenangan lain dalam aktifitas-aktifitas seperti memanjat tebing, melakukan flying fox, dan berarung jeram. Dalam program ini anak juga jadi mengenal alam, karena dalam kesehariannya anak-anak tinggal di dekat sungai, di tepi bukit, di tengah hutan, ataupun di pinggir pedesaan. Ada juga program-program yang menawarkan kegiatan seperti menanam bibit padi, menangkap belut, ataupun sekedar melukis di alam bebas.
Disisi yang lain anak juga jadi belajar mengenal kehidupan lapisan masyarakat lain seperti petani dan lain-lain, sehingga diharapkan dapat berempati pada keadaan orang yang berbeda dengan dirinya. Dalam kegiatan ini juga anak-anak belajar untuk mawas diri sendiri, untuk mempunyai kontrol terhadap dirinya sendiri, dan juga untuk perduli pada orang lain karena anak menjalani kegiatan ini juga dalam format kelompok. Biasanya mereka punya tugas kelompok selama program berjalan dan tugas akhir kelompok besar yaitu melakukan performance di hadapan para orangtua saat hari terakhir mereka yaitu saat mereka dijemput oleh orangtua masing-masing. Hal ini sangat merangsang motivasi anak untuk mampu bekerja sama mencapai tujuan bersama diharapkan anak terolah emosinya, dengan tujuan mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam hidup berkelompok.
Berdasarkan pengamatan mendalam terhadap rangkaian program outbound yang pernah ada, respon orangtua maupun anak sangat positif. Bahkan tidak jarang orangtua yang melaporkan adanya perubahan pada sikap dan diri anak-anak mereka setelah pulang dari kegiatan outbound tersebut. Yang tadinya manja menjadi lebih mandiri, yang tadinya pemarah menjadi lebih lunak, dan mereka yang tadinya pendiam menjadi lebih ceria. Hal penting yang dapat ditarik dari proses yang terdapat dalam program outbound adalah bahwa program ini sangat mendukung anak dalam melewati tugas perkembangannya sebagai anak, untuk menjadi pribadi yang mandiri, matang, dan mampu mengaktualisasikan dirinya secara sehat dan bermanfaat. Betapa liburan seperti ini memberikan kesan dan manfaat yang mendalam bagi anak dan juga orangtua tentunya.
Selain outbound masih banyak hal lain yang dapat kita tawarkan pada anak untuk mengisi liburannya sesuai dengan minat dan keinginannya agar menjadi menyenangkan, bermanfaat, dan berkesan sehingga tak terlupakan bagi anak. Kegiatan-kegiatan yang dapat menyalurkan hobi anak juga akan sangat mendukung suasana hati anak selama liburan. Mulai dari memancing, kursus membatik, program kilat bahasa selama liburan, kursus kilat menajdi presenter, ataupun pelatihan jurnalistik bagi anak-anaki.
Belakangan ini banyak institusi sekolah yang membuka jasa mengisi waktu liburan dengan istilah “Summer School" untuk membantu orangtua dalam mengolah dan mengatur waktu liburan anak yang relatif cukup panjang. Kegiatan yang ditawarkan sekolah-sekolah ini relatif menarik karena dikemas dalam bentuk permainan ataupun penyaluran bakat seperti memasak, berkebun, dan lain-lain.
Akhirnya, kegiatan yang kita arahkan pada anak untuk dilakukan selama liburan, haruslah mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Merupakan hal yang disenangi oleh anak yang bersangkutan sehingga bukan merupakan kewajiban ataupun paksaan bagi anak untuk menjalaninya
2. Sesuai dengan tahapan dan karakter usia anak, sehingga sesuai dengan kapasitas anak untuk menjalaninya
3. Memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mendalami sesuatu atau mendapatkan sesuatu yang baru dari hal tersebut
4. Membuka kesempatan bagi anak untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya

Strike!

Kesadaran Literasi Anak Usia Dini

Pernah dimuat di https://zedutopia.wordpress.com/2019/10/30/eksplorasi-sensori-awal-kesadaran-literasi/ EKSPLORASI SENSORI AWAL KESADA...