Minggu, 15 Desember 2019

Kesadaran Literasi Anak Usia Dini

Pernah dimuat di https://zedutopia.wordpress.com/2019/10/30/eksplorasi-sensori-awal-kesadaran-literasi/



EKSPLORASI SENSORI AWAL KESADARAN LITERASI

Rutinitas membaca buku sejak kecil merupakan salah satu kunci membangun kemampuan dan keterampilan membaca buku yang efektif. Sejatinya anak yang biasa membaca akan memiliki kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif yang baik.
Lalu darimanakah kemampuan membaca ini terbangun pada awalnya. Banyak dari orangtua tidak menyadari bahwa kemampuan membaca diawali dari kemampuan mengenal dan membedakan beragam hal. Kemampuan mengenal dan membedakan ini merupakan proses yang berjalan karena adanya sensori dan fungsinya yang Tuhan karuniakan pada manusia. Dengan kemampuan alat indera, pada masa usia dininya anak manusia belajar mengenal benda-benda konkrit di sekitarnya dan membangun pengetahuannya, tahap demi tahap. Tidak mengherankan anak yang relatif memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk mencoba, meraba, mendapat stimulasi penglihatan dan pendengaran serta penciuman yang luas, cenderung memilki kosakata yang kaya.

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Maria Montessori, “What the hand does, the mind remembers.” Ini juga menguatkan fakta bahwa kegiatan-kegiatan bantu diri yang dilakukan sejak kecil mempengaruhi memiliki pengaruh akan kemampuan bahasa dan logika anak, karena anak mengenal banyak kosa kata terkait barang-barang dan juga rangkaian aktifitas yang dilakukan dan terjadi disekitarnya.  Lebih jauh lagi bahkan Montessori secara lugas menyatakan, “The thing he sees are not just remembered; they form a part of his soul.” Ini menguatkan keyakinan bahwa anak belajar mengembangkan kepribadiannya juga salah satunya dengan cara menguatkan proses-proses dalam keterampilan sensorinya sehingga membangun kepekaan fisik maupun psikologis. Ketika anak melakukan eksplorasi dalam fungsi sensoriya (baca: dengan pendampingan orang dewasa sebagai fasilitator), maka anak secara tidak langsung membangun pemaknaan dalam pikirannya, dimana pemaknaan ini menjadi modal saat anak mulai belajar keterampilan membaca itu sendiri.
Sederhananya sebagai contoh, ketika anak sudah mengetahui apel dengan seluruh karakteristiknya termasuk dengan proses memakan buah tersebut maka mudah bagi anak untuk mengingat bentuk huruf “a” saat simbol tersebut diasosiasikan dengan buah apel. Atau ketika anak ditunjukkan kata “robot” setelah sebelumnya bermain secara intens dengan robot, maka kata tersebut akan melekat dalam pikirannya karena mudah baginya untuk menyandingkan kata tersebut dengan bentuk asli yang sudah dikenali dan diketahuinya dengan baik.
Proses dalam eksplorasi sensori memberikan dampak pada perkembangan neuron dalam system saraf manusia. Neuron manusia memiliki serabut pendek yang disebut aksis dan serabut panjang yang disebut dendrit yang kemudian bertemu dan membentuk jembatan yang disebut sinaps-sinaps, dimana ini terjadi karena meningkatnya informasi dan pengalaman sensori yang didapat. Dalam prosesnya selama masa periode sensitif anak, sinapsis yang tidak difungsikan  akan terpangkas (Diamond & Hobson, 1998). Oleh karenanya, penting sekali untuk mengembangkan pengalaman sensori anak.

Pengembangan sensori dan fungsinya pada diri seorang anak dapat meningkatkan kesadaran literasinya, dimana salah satu hal yang mempengaruhi kesadaran literasi anak adalah terbangunnya minat yang baik terhadap sesuatu. Untuk itu, maka orangtua sebagai fasilitator anak dalam mengenal dunia dan sekitarnya perlu mempelajari kesukaan anak dan menyediakan pengalaman yang optimal bagi anak. Sebagai contoh jika anak terlihat menyukai kegiatan bermain masak-masakan, maka biasakan untuk melibatkan anak mulai dari merencanakan jenis masakan, pergi belanja hingga proses membuat masakan tersebut dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Pada anak usia 1,5 hingga 3 tahun, dapat dimulai dengan memberikan pilihan buah, sayur dan ikan atau sumber protein lainnya sambil disebutkan namanya dan mengundang anak untuk ikut melihat proses pembuatannya lalu mencicipi hingga menghabiskan makanan sesuai porsinya; bisa juga dengan mengajak anak belanja beberapa keperluan makanan.
Pada anak usia 3-6 tahun, tergantung kemampuan dasarnya, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu membuat daftar belanjaan dengan menggambar, lalu membuat tahapan memasak. Dari kegiatan ini anak mulai dapat diajak untuk melihat beragam buku resep yang bergambar dan lain-lainnya. Intinya mulailah dari yang disukai anak dan lakukan banyak kegiatan yang anak dapat dilibatkan sehingga anak melakukannya sendiri.
Anak dengan potensi natural yang ada dalam dirinya, akan cenderung untuk mengeksplorasi banyak hal dan menyukai proses mencoba-coba hingga bisa. Oleh karenanya, berikan kebebasan bagi anak untuk menemukan dan melakukan proses eksplorasi sensori pada masa sensitifnya sehingga anak membentuk banyak keterampilan dasar untuk membaca seperti konsentrasi, koordinasi mata dan tangan, serta kemampuan mengenal dan membedakan serta menghubungkan beberapa hal. Kuatnya penekanan terhadap optimalisasi fungsi sensori ini jelas sekali ditegaskan oleh Dr. Maria Montessori, “He does it with his hands, by experience, first in play and then through work. The hands are the instruments of man’s intelligence.”
Oleh karenanya jika anda memiliki anak usia dini mulai dari usia 6 bulan hingga 6 tahun, perbanyaklah kesempatan bagi anak untuk mengoptimalkan kemampuan sensorinya sehingga dapat berdampak signifkan pada kemampuan intelegensinya, termasuk area bahasa, terutama dalam hal membaca.

Yuniar, S. Psi.
@Almamater Fakultas Psikologi UI Angkatan ‘96
@Kepala TK Insan Cendekia Madan 2019-2020
@Mahasiswa Program Diploma Montessori dan Enterpreneurship Montessori Haus Asia
@Praktisi Pendidikan Anak sejak tahun 2001.

Strike!

Kesadaran Literasi Anak Usia Dini

Pernah dimuat di https://zedutopia.wordpress.com/2019/10/30/eksplorasi-sensori-awal-kesadaran-literasi/ EKSPLORASI SENSORI AWAL KESADA...