Rabu, 19 Mei 2010

Ya dan Tidak...bagaimana menjawabnya?

Segala pertanyaan di hadapan kita sering membuat hati ataupun mulut kita harus menjawab ya atau tidak.Kadang saat mulut tak dapat bicara, mata kita bicara. Ya atau tidak...bagaimana kita harus menjawabnya...sungguh membutuhkan keteguhan hati, kemurnian jiwa, kejernihan pikiran, dan kebijakan pandangan saat kita menghadapi pertanyaan. Tak sekedar menjawab, karena jawaban kita mencerminkan kita apa adanya. Tak bisa mengelak saat kondisi itu terjadi selihai apapun kita menjawab, hati yang suci mampu mengenali isi hati. Lalu bagaimana saat kita dihadapkan pada pilihan yang sama-sama tidak menyenangkan, tidak mengenakkan, bahkan cenderung meresahkan. MAmpukah kita berkata TIDAK, atau justru kita terpaksa dan dipaksa untuk berkata YA. Bukan main, gelisahnya hati kita saat tidak sesuai nurani, dan bukan main leganya kita saat jawaban itu adalah KITA...hati kita, nurani kita, jiwa kita, dan pancaran kemurnian nurani kita.
Kita sering terjebak pada keputusan yang dibuat untuk menyenangkan banyak orang, tanpa memperhitungkan sebagian kecil orang.Hanya sedikit orang yang mampu membuat keputusan yang benar, jawaban yang benar, dan anggukan atau gelengan yang benar, meski tidak selamanya menjadi kesukaan orang atau menjawab kesenangan banyak orang. Bukan juga merupakan pilihan yang gampang saat melakukannya karena menyadari resiko yang ditempuhnya.
Adakah kita mampu menjawab tanpa rasa berat...jika ya sungguh mulia...karena benar atau salah sebuah jawaban akan memberi dampak, baik ataupun buruk. Sungguh mulia mereka yang mampu bertahan dalam keabu-abuan dunia, berdiri tegar menghadapi suka dan tidak sukanya dunia pada mereka dengan keikhlasan...Subhanallah
Jadilah kita harus menggunakan hati, iman, dan pikiran, saat menjawab YA ataupun TIDAK. Sungguh hanya Allah SWT yang mampu menyelamatkan kita dari bencana dunia...berserahlah karena DIA tidak pernah lelah menemani kita yang mudah lengah....

Rabu, 05 Mei 2010

Topeng...

Subhanallah...Allah Maha Suci...rasanya makin miris melihat topeng-topeng di sekitar kita...apa ini takdir nya manusia..bertopeng dan akhirnya terus keasyikan milih berbagai topeng yang dirasa keren, asyik, bermanfaat, menaikkan kualitas, menurunkan harga diri...masya Allah...tapi bingung juga kalau tidak pakai topeng bukan manusia namanya...nah lho...gimana nih...milih yang baik tapi tidak tulus sama saja.ga pakai topeng, tulus, tapi tidak disukai orang.hehehe...ternyata memelihara fitrah baik itu sulit juga yah...selalu saja ada godaanya.yuk kita lawan godaan dan jadikan kemurnian nurani menjadi penyemangat konsistensi langkah kita.topeng...ah tidak perlu rasanya...Rasullullah tidak mengajarkan hal itu.semua harus dilatih tuk datang dari nurani yang bersih...Insya Allah kita bisa.amin...

Minggu, 18 April 2010

sertifikasi...mana yang dipentingin kualitasnya atau uangnya?

Awalnya saya suka dengan perhatian pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dengan menstimulasi kualitasnya...tentu saja kualitas akan diikuti dampak lainnya...kepuasan jiwa lalu dibumbui dengan penyedap rasa uang. Tidak dipungkiri uang menjadi godaan. kalau dirasa terlalu vulgar dengan istilah uang, kita pakai saja kompensasi agar terasa halus sedikit...tapi dapat dipahami konteksnya dalam hal ini. Seiring jalan hampir semua guru mengaharapkan sertifikasi, karena itu mereka berlomba ikut seminar, training, mau ditugasin apapun demi mendapatkan keterangan tertulis tentang keterlibatan mereka kegiatan tersebut sehingga rekam kerjanya penuh dengan training...hingga loloslah seleksi sertifikasi.penerapan di lapangan?efeknya tuk murid?dampaknya terhadap kemajuan siswa?profesionalisme sebagai guru?wah kayaknya itu belakangan deh, atau minimal nanti saat ada supervisi barulah kita tampilkan.hasilnya?asal masuk kelas, pengajaran tidak berdampak signifikan, siswa merasa diabaikan kebutuhannya, jadi kurang hormat sama guru,orangtua juga melihat hasilnya seperti tidak ada kemajuan pada anak (kalau yang orangtuanya perhatian, yang tidak, kasihan betul si anak...hiks...) dan yang terakhir sedihnya guru merasa harusnya ada kenaikan kompensasi dalam banyak aspek (walah...sedih yah). Tapi balik lagi, apakah ini salah guru semata?rasanya tidak ya...kalau ada celah dan kesempatan ditambah manusia gudangnya salah cocok sekali rasanya kerusakan yang muncul dengan variabel penyebab. Itulah kenapa, bekerja sebagai guru harus menjadi panggilan hati...jadi masalah ada atau tidak ada sertifikasi bukan halangan untuk memberi yang terbaik pada siswa. Meski sangat disayangkan juga bahwa kadangkala yayasan atau institusi tempat guru excellent bertengger kurang sensitif sama kebutuhan dan prestasi guru, sehingga manusiawi juga kalau kadangkala godaan datang. tapi balik lagi sama keimanan dan keihklasan dari si guru. keyakinan bahwa segala kebaikan akan berbuah kebaikan juga semestinya menjadi dasar nurani seseorang bekerja dan berkontribusi bagi diri dan lingkungannya...Jadi...yuk pakai nurani kita dalam hidup ini. sekarang mau yang mana, sertifikat dengan kualitas yang sesuai dan signifikansi kontribusinya pda siswa atau sertifikat demi uangnya?tanyakan pada nurani kita

Strike!

Kesadaran Literasi Anak Usia Dini

Pernah dimuat di https://zedutopia.wordpress.com/2019/10/30/eksplorasi-sensori-awal-kesadaran-literasi/ EKSPLORASI SENSORI AWAL KESADA...