Pernah dimuat di https://zedutopia.wordpress.com/2019/10/30/eksplorasi-sensori-awal-kesadaran-literasi/
EKSPLORASI
SENSORI AWAL KESADARAN LITERASI
Rutinitas membaca buku sejak kecil
merupakan salah satu kunci membangun kemampuan dan keterampilan membaca buku
yang efektif. Sejatinya anak yang biasa membaca akan memiliki kemampuan bahasa
reseptif dan ekspresif yang baik.
Lalu darimanakah kemampuan membaca ini
terbangun pada awalnya. Banyak dari orangtua tidak menyadari bahwa kemampuan
membaca diawali dari kemampuan mengenal dan membedakan beragam hal. Kemampuan
mengenal dan membedakan ini merupakan proses yang berjalan karena adanya
sensori dan fungsinya yang Tuhan karuniakan pada manusia. Dengan kemampuan alat
indera, pada masa usia dininya anak manusia belajar mengenal benda-benda
konkrit di sekitarnya dan membangun pengetahuannya, tahap demi tahap. Tidak
mengherankan anak yang relatif memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk
mencoba, meraba, mendapat stimulasi penglihatan dan pendengaran serta penciuman
yang luas, cenderung memilki kosakata yang kaya.
Hal ini selaras dengan apa yang
dikatakan oleh Maria Montessori, “What the hand does, the mind
remembers.” Ini juga menguatkan fakta bahwa kegiatan-kegiatan bantu
diri yang dilakukan sejak kecil mempengaruhi memiliki pengaruh akan kemampuan
bahasa dan logika anak, karena anak mengenal banyak kosa kata terkait
barang-barang dan juga rangkaian aktifitas yang dilakukan dan terjadi
disekitarnya. Lebih jauh lagi bahkan
Montessori secara lugas menyatakan, “The thing he sees are not just
remembered; they form a part of his soul.” Ini menguatkan keyakinan
bahwa anak belajar mengembangkan kepribadiannya juga salah satunya dengan cara
menguatkan proses-proses dalam keterampilan sensorinya sehingga membangun
kepekaan fisik maupun psikologis. Ketika anak melakukan eksplorasi dalam fungsi
sensoriya (baca: dengan pendampingan orang dewasa sebagai fasilitator), maka
anak secara tidak langsung membangun pemaknaan dalam pikirannya, dimana
pemaknaan ini menjadi modal saat anak mulai belajar keterampilan membaca itu
sendiri.
Sederhananya sebagai contoh, ketika
anak sudah mengetahui apel dengan seluruh karakteristiknya termasuk dengan
proses memakan buah tersebut maka mudah bagi anak untuk mengingat bentuk huruf
“a” saat simbol tersebut diasosiasikan dengan buah apel. Atau ketika anak
ditunjukkan kata “robot” setelah sebelumnya bermain secara intens dengan robot,
maka kata tersebut akan melekat dalam pikirannya karena mudah baginya untuk
menyandingkan kata tersebut dengan bentuk asli yang sudah dikenali dan
diketahuinya dengan baik.
Proses dalam eksplorasi sensori
memberikan dampak pada perkembangan neuron dalam system saraf manusia. Neuron
manusia memiliki serabut pendek yang disebut aksis dan serabut panjang yang
disebut dendrit yang kemudian bertemu dan membentuk jembatan yang disebut
sinaps-sinaps, dimana ini terjadi karena meningkatnya informasi dan pengalaman
sensori yang didapat. Dalam prosesnya selama masa periode sensitif anak, sinapsis
yang tidak difungsikan akan terpangkas (Diamond & Hobson, 1998). Oleh
karenanya, penting sekali untuk mengembangkan pengalaman sensori anak.
Pengembangan sensori dan fungsinya
pada diri seorang anak dapat meningkatkan kesadaran literasinya, dimana salah
satu hal yang mempengaruhi kesadaran literasi anak adalah terbangunnya minat
yang baik terhadap sesuatu. Untuk itu, maka orangtua sebagai fasilitator anak
dalam mengenal dunia dan sekitarnya perlu mempelajari kesukaan anak dan
menyediakan pengalaman yang optimal bagi anak. Sebagai contoh jika anak
terlihat menyukai kegiatan bermain masak-masakan, maka biasakan untuk melibatkan
anak mulai dari merencanakan jenis masakan, pergi belanja hingga proses membuat
masakan tersebut dengan cara yang sesuai dengan usia anak. Pada anak usia 1,5
hingga 3 tahun, dapat dimulai dengan memberikan pilihan buah, sayur dan ikan
atau sumber protein lainnya sambil disebutkan namanya dan mengundang anak untuk
ikut melihat proses pembuatannya lalu mencicipi hingga menghabiskan makanan
sesuai porsinya; bisa juga dengan mengajak anak belanja beberapa keperluan
makanan.
Pada anak usia 3-6 tahun, tergantung
kemampuan dasarnya, kegiatan yang dapat dilakukan yaitu membuat daftar
belanjaan dengan menggambar, lalu membuat tahapan memasak. Dari kegiatan ini
anak mulai dapat diajak untuk melihat beragam buku resep yang bergambar dan
lain-lainnya. Intinya mulailah dari yang disukai anak dan lakukan banyak
kegiatan yang anak dapat dilibatkan sehingga anak melakukannya sendiri.
Anak dengan potensi natural
yang ada dalam dirinya, akan cenderung untuk mengeksplorasi banyak hal dan
menyukai proses mencoba-coba hingga bisa. Oleh karenanya, berikan kebebasan
bagi anak untuk menemukan dan melakukan proses eksplorasi sensori pada masa
sensitifnya sehingga anak membentuk banyak keterampilan dasar untuk membaca
seperti konsentrasi, koordinasi mata dan tangan, serta kemampuan mengenal dan
membedakan serta menghubungkan beberapa hal. Kuatnya penekanan terhadap
optimalisasi fungsi sensori ini jelas sekali ditegaskan oleh Dr. Maria
Montessori, “He does it with his hands, by experience, first in play and
then through work. The hands are the instruments of man’s intelligence.”
Oleh karenanya jika anda
memiliki anak usia dini mulai dari usia 6 bulan hingga 6 tahun, perbanyaklah
kesempatan bagi anak untuk mengoptimalkan kemampuan sensorinya sehingga dapat
berdampak signifkan pada kemampuan intelegensinya, termasuk area bahasa,
terutama dalam hal membaca.
Yuniar,
S. Psi.
@Almamater Fakultas Psikologi UI
Angkatan ‘96
@Kepala TK Insan Cendekia
Madan 2019-2020
@Mahasiswa Program Diploma
Montessori dan Enterpreneurship Montessori Haus Asia
@Praktisi Pendidikan Anak sejak
tahun 2001.